Kamis, 19 Juni 2014

Beta Pung Impian



Impian Beta Kalo Su Besar





Kalo beta su jadi orang sukses, pung banyak kepeng, beta mo pi liburan ka ambon. Jalang-jalang ka Taman Laut Manuala, Pantai Pasir Panjang, Pantai Natsepa, Pintu Kota, dan Pantai Hunimoa.
Ambon itu pung pemandangan yang sangat manise makanya beta suka sekali ambon.
Beta seng pande bicara ambon, tapi beta mo belajar karena beta suka.

Beta berharap, suatu hari beta bisa ajak papa, mama, dan ade jalang-jalang kasana.
Seng parlu jalang ka luar negri. Karena negara beta pung pemandangan yang manise. Beta pun harap beta bisa pung rumah disana, tinggal disana sama paitua, hehehe…
Katong mo pi kamana kalo katong pung banyak kepeng???

Cara Mengajar Efektif



Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para pengajar guna meningkatkan cara mengajar mereka. Menguasai Isi Pengajaran Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: 1.    Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas. 2.    Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid. 3.    Sasaran harus meliputi hasil belajar. 4.    Hasil sasaran yang dapat dicapai. Contoh: Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan. Utamakan Susunan yang Sistematis Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan teratur dan sistematis. Banyak Gunakan Contoh KehidupanPada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental, nilai uts / uas, dan lain sebagainyaContoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan dunia nyata    Cakap Menggunakan Bentuk Cerita Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran. Menggunakan Panca Indera Murid Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%. Melibatkan Murid dalam Pelajaran Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah. Menguasai Kejiwaan Murid Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.

Trik Mengajar Supaya Siswa Tertarik dan Termotivasi



 Jadi guru jangan naif, kadang murid lebih pintar.

Mengajar itu horisontal, bukan vertikal

Sifat mengajar yang horisontal berarti kita sebagai tentor menempatkan diri sama tinggi dengan siswa kita. Kita berbicara sebagai orang yang lebih dahulu tahu, bukan lebih pintar. Kita mentransfer ilmu, bukan memberi ilmu. Saya seringnya mengatakan seperti ini setelah perkenalan:
“Saya berdiri di depan anda sekalian bukan karena saya lebih pintar dari anda, namun hanya karena saya mengenal ilmu ini lebih dahulu daripada anda. Mungkin suatu saat diantara anda sekalian ada yang lebih mengerti ilmu ini daripada saya. Saya berkeyakinan kuat akan hal ini.”
Pernyataan diatas sudah memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih santai dan lebih menikmati kebersamaannya dengan anda. Jika kelas sudah santai dan dinikmati, maka pelajaran mudah diberikan. Dalam memberikan pelajaran, anggaplah kita sedang bercerita tentang pengalaman sehingga ilmu apapun itu tidak terkesan menyeramkan.

Mengajar itu memberikan motivasi

Murid yang termotivasi, tidak mencontek.
Murid yang termotivasi, tidak mencontek.
Dalam mengajar, pastikan selalu memberikan motivasi kepada murid-murid kita. Motivasi bisa dilakukan di seluruh waktu, namun ada waktu-waktu yang terbaik.

Motivasi di pertemuan pertama

Untuk ini saya menjiplak guru SD saya dulu, namanya pak Jamari, beliau adalah guru IPA kelas 2. Saat pertemuan pertama, beliau membawa sebuah gambar Thomas Alva Edison dan memajangnya di depan kelas lalu bercerita tentang Thomas Alva Edison. Ketika saya naik kelas, saya melihat guru saya itu melakukan hal yang serupa pada adik kelas saya. Ya, setidaknya bagi anak-anak kelas 2 SD, kisah Edison itu inspiratif.

Motivasi pada tengah pelajaran

Saya terbiasa memberikan hadiah bagi mereka yang dapat mengerjakan sesuatu yang saya tugaskan di tengah-tengah pelajaran. Ini saya tiru dari seorang guru biologi SMP saya. Reward itu bisa berupa makanan atau minuman dan terkadang alat tulis. Reward ini bisa menyesuaikan dengan kebutuhan. Mungkin untuk guru sekolah bisa dengan menjanjikan kebebasan pekerjaan rumah bagi yang dapat menjawab pertanyaan. Yah, hal-hal semacam itulah, tergantung bagaimana kreatifitas dan keadaan.

Motivasi di akhir pelajaran

Untuk ini saya mencontoh dari tayangan di TV yang menampilkan kilasan sebelum jeda iklan. Saya terbiasa memberikan preview pelajaran selanjutnya pada bagian yang menarik sebelum kelas berakhir. Hal ini membuat siswa kita menjadi semangat untuk mengikuti kelas kita selanjutnya. Penasaran adalah senjata guru untuk membuat kelasnya menjadi diminati oleh murid-muridnya.
Dan tak lupa, sebagai seorang guru kita haruslah menjadi seseorang yang dapat menyakinkan murid kita bahwa mereka hebat. Kita harus bisa menanamkan kepada mereka bahwa mereka pasti bisa melakukan apa saja asalkan berusaha dengan baik. Hal ini dapat kita tempuh dengan menghindari kalimat-kalimat yang menurunkan keyakinan terhadap diri mereka sendiri. Saya sendiri berpendapat bahwa tidak ada orang bodoh, hanya saja memiliki pemahaman yang berbeda.

Mengajar itu memberikan contoh

Seorang guru SMA saya pernah mengatakan bahwa “ajarkan apa yang kamu bisa, bukan apa yang kamu tahu”. Maksudnya adalah apa yang kita ajarkan sebaiknya adalah sesuatu yang kita mengerti dan bisa kita lakukan. Lakukan dengan memberikan contoh. Ketika memberikan pelatihan, saya lebih banyak memberikan contoh dan mempraktekkan langsung supaya siswa mengerti dan tidak hanya mengimajinasikan dalam pikiran saja. Oleh karena itu sebagai guru kita harus paham konsep dari suatu hal yang diajarkan. Pemahaman konsep akan membuat kita mudah memberikan contoh apa saja dan memecahkan problematika yang mungkin dihadapi oleh para siswa.

Pendidikan Multikultural

   Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan murid kelompok minoritas.
            Karena keadilan sosial merupakan salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi prasangka dan pedagogi menjadi komponen utamanya. Reduksi prasangka adalah aktifitas yang diimplementasikan guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negatif dan stereotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua kelompok etnis.
Memberdayakan Murid
            Istilah pemberdayaan berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil menciptakan dunia yang lebih adil. Menurut pandangan ini, sekolah memberi murid kesempatan untuk belajar tentang pengalaman, perjuangan dan visi dari berbagai kelompok kultural dan etnis yang berbeda-beda.
Pembelajaran yang Relevan Secara Kultural
            Pengajaran yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari pendidikan multikultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar.
Pendidikan yang Berpusat Pada Isu
            Dalam pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkajin isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadailan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi tentang nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.

Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari Komponen Etnis yang Berbeda
            Ada sejumlah strategi dan program untuk meningkatkan hubungan antara anak-anak dari kelompok etnis yang berbeda-beda. Antara lain :
1.      Kelas Jigsaw
Kelas dimana murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama
2.      Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda
   Misalnya, memasukan anak minoritas ke bis sekolah yang didominasi kulit putih, atau pun sebaliknya, tidak selalu bisa mengurangi prasangka atau memperbaiki hubungan antar etnis. Yang terpenting disini adalah apa yang terjadi setelah anak tiba di sekolah.
3.      Pengambilan perspektif
   Latihan dan aktifitas yang membantu murid melihat perspektif orang lain dapat meningkatkan relasi antar etnis. Latihan ini didesain untuk membantu murid memahami gegar budaya yang muncul sebagai akibat dari berada di setting kultural di mana orang berperilaku dengan cara berbeda dengan yang biasa dilakukan murid.
4.      Pemikiran kritis dan intelegensi emosional
   Murid yang belajar berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan tak lagi menstereotipkan orang lain. Murid yang berfikir dangkal, seringkali lebih banyak berprasangka. Akan tetapi, jika murid belajar mengajukan pertanyaan, memikirkan dahulu isunya ketimbang jawabannya, dan menunda dahulu penilaian sampai informasi yang lengkap sudah tersedia, maka prasangkanya akan berkurang.
    Intelegensi emosional bermanfaat bagi hubungan antar etnis.
5.      Mengurangi bias
    Pendukung kurikulum anti bias ini beragumen bahwa kendati perbedaan itu baik, namun diskriminasi bukan sesuatu yang baik. Kurikulum ini lebih mendorong guru untuk menghadapi isu bias yang mengganggu ketimbang menutup-nutupi bias itu.
6.      Meningkatkan toleransi
     Teaching Tolerance  Project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan pemahaman artikultur dan hubungan antara anak kulit putih dengan anak kulit berwarna.
7.      Sekolah dan komunitas sebagai satu tim
     James Corner percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak.  Ada 3 aspek penting dalam Corner Project, yakni : 1) Pemerintah dan tim menejemen yang mengembangkan rencana sekolah yang komperhensif, penilaian strategi, dan program pengembangan staf. 2) Tim pendukung sekolah dan kesehatan mental 3) Program orangtua.

Isu apakah Inti Nilai “Putih” Mesti Diajarkan atau Tidak?
            Pendidikan multikultural dikritik oleh orang yang berpendapat bahwa semua anak seharusnya diajari satu nilai inti bersama , terutama nilai Anglo-Protestan Kulit Putih. Namun, pendukung pendidikan multikultural tidak menentang pengajaran nilai inti seperti itu selama ia tidak keseluruhan kurikulum.

Observasi Sekolah
Kelompok II
Ketua              :  Jane Kosasih                        (131301077)
Anggota          :  Dian Andini                         (131301061)
                           Dinda Sundari                      (131301089)
                           Utary Monadevy P.             (131301095)
                           Baby Natalia Gultom           (131301127)
Profil Sekolah
Nama Sekolah   :  SMKN 8 Medan Jl. Dr. Mansyur/SMTK No. 1
Telepon             : (061) 8212432
Email                 : www.smkn8medan.sch.id
Uang Sekolah    :  -
Dana Komite     :  Rp100.000,00/ bulan
Observasi
Kelas/Jurusan                                      : X/Tata Boga
Jumlah Siswa Kelas Observasi            : 22 orang
Tanggal Observasi                               : 4 April 2014
Waktu Observasi                                 :  07.50-08.50 (60 menit)
Setting lokasi sekolah
·         SMKN 8 Medan terdiri dari 8 ruangan Departemen Tata Boga, 7 ruangan Departemen Kecantikan, 12 ruangan Departemen Akomodasi Perhotelan, 8 ruangan Departemen Tata Busana, 22 ruang Teori
·         Sekolah ini dilengkapi dengan 1 laboratorium Bahasa Inggris, 3 laboratorium Komputer, perpustakaan, ruang OSIS, ruang Pramuka, aula, dua hotel belajar, kafetaria, UKS 24 toilet di berbagai departemen, satu lapangan voli, satu lapangan basket, open-stage, 5 ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, ruang wakil kepala sekolah bagian humas, ruang wakil kepala sekolah bagian edukasi, ruang tata usaha, dan pos satpam.
·         Sekolah ini juga menyediakan WiFi di seluruh area sekolah.
Setting ruangan kelas
·         Kelas berisi 16 meja stainless steel, 16 porselin, 18 wastafle, 11 arus listrik, 8 jendela, 36 bangku, dan 10 buah lampu
·         Seluruh perabot ditata memanjang dua baris ke belakang. Disepanjang dinding kanan atas kelas terdapat ventilasi besar
·         Terdapat satu whiteboard, penghapus, spidol, papan dinding, meja-kursi guru sebagai penunjang proses belajar di kelas
·         Ruangan tersebut dilengkapi dengan sebuah kulkas dan sebuah gudang penyimpanan alat praktek.

I.                   Proses Persiapan Observasi

Saat menerima tugas ini, kami bingung akan melakukan observasi di sekolah mana dan pada jenjang berapa. Kemudian kami melakukan perundingan dan memutuskan untuk melakukan observasi pada SMA Swasta. Keesokan harinya, perwakilan dari kelompok (ketua kelompok) meminta izin pada sekolah yang telah kami putuskan. Namun sayang, sekolah tidak memberikan izin dengan alasan pihak sekolah tidak bersedia untuk di-expose. Keadaan ini membuat kami bingung dan akhirnya melakukan perundingan ulang. Setelah melakukan perundingan ulang akhirnya SMK Negeri 8 Medan menjadi tujuan kami untuk melakukan observasi.
Pada tanggal 27 Maret 2014 , kami mendatangi sekolah tersebut untuk meminta izin. Awalnya pihak sekolah ragu mengizinkan, namun setelah kami memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan observasi, pihak sekolah meminta waktu untuk menjawab dan meminta kami untuk datang kembali.
Kami memutuskan datang kembali pada tanggal 2 April 2014, kami menemui kepala departemen boga. Setelah memberikan penjelasan dan pengarahan akhirnya kepala departemen memberikan izin kepada kelompok kami untuk melakukan observasi pada tanggal 4 April 2014 kelas X jurusan Boga.
Selama proses persiapan kami tidak melakukan pembagian tugas secara spesifik karena kami menganggap semua tugas adalah tanggung jawab bersama. Saat observasi, kami melakukan observasi bersama dan menyatukan hasil observasi kami bersama untuk dimasukkan dalam laporan observasi. Setelah laporan selesai, kami melakukan evaluasi sebagai bagian dari tugas kelompok yang harus diselesaikan.

II.                Analisis Teori dalam Kinerja Kelompok

Pendekatan Konstruktivisme menekankan kepada kelompok kami untuk aktif membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap tugas yang diberikan secara tertulis. Dalam tugas ini kami mengeksplorasi dan memahami apa saja yang harus dilakukan dalam memenuhi tugas yang diinginkan dosen pengampu.
Metode Konstruktivisme mendorong kami melakukan pembelajaran SCL (Student Center Learned) . Pada metode ini, kami sebagai mahasiswa melakukan pembelajaran dewasa untuk mencari jawaban atas pertanyaan kami.
Observasi kami memacu kami untuk mengeluarkan kemampuan sosial kami, bagaimana kami berinteraksi kepada guru untuk meminta izin berkaitan dengan kehidupan sosial kami. Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Bronfenbrener. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu teori Kohlberg tentang perkembangan moral convensiaonal reasoning , dalam arti bahwa kami harus memahami dan mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah seperti yang dijelaskan ibu kepala departemen.

III.             Analisis Teori dalam Observasi
Analisis teori belajar dan teori perkembangan kami simpulkan dalam poin-poin sebagai berikut:
Ø  Sebagian murid sangat reflektif, sebagian lagi implusif. Sebagian murid memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru yang sedang mengajar dan reflektif menjawab pertanyaan guru serta bertanya dan berdiskusi tentang apa yang belum dipahaminya dan pengalaman yang berhubungan dengan materi yang sedang disajikan guru. Beberapa murid melamun, bahkan ketika kami memberikan pertanyaan di akhir kelas seputar materi yang baru saja diberikan, murid-murid tersebut tidak dapat menjawabnya.
Ø  Sebagian murid adalah deep learner dan sebagian lagi surface learner. Murid-murid dengan gaya belajar yang mendalam mencoba mengulang ucapan guru kemudian membaca bukunya lalu mencatat di buku tulisnya.
Ø  Guru tidak membuat perencanaan mengajar dengan baik (tujuan instruksional, perencanaan kegiatan, prioritas). Hal ini dilihat dari guru yang tidak memahami materi yang disampaikan dan sesuai penjelasan guru yang mengajar bahwa latar belakang beliau bukan dari materi yang diajarkan (Kewirausahaan).
Ø  Guru menggunakan pendekatan teacher-centered dengan metode instruksi langsung dimana guru memberikan penjelasan dan bertanya hanya tentang pelajaran Kewirausahaan dari awal jam pelajaran hingga jam pelajaran berakhir.
Ø  Guru menggunakan salah satu strategi instruksional Teacher-Centered dengan comparative advance organizer dimana guru memberikan materi baru dengan menanyakan dan mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
Ø  Motivasi murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari. Tujuan yang ingin dicapai murid berpindah dari mastery goal menjadi performance goal.
Ø  Motivasi belajar murid sudah sangat rendah. Karena itu, perlu adanya usaha guru untuk meningkatkan kembali motivasi belajar murid-muridnya. Salah satu cara yang dapat diterapkan misalnya guru melakukan teknik Scaffolding dan memberikan gambaran atas hal-hal positif dari belajar dengan memberikan contoh nyata di kehidupan.
Ø  Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan. Atau belajar agar tidak dimarahi orang tua di rumah.


Pendekatan Behavioral dan Kognitif Sosial



Pendekatan Behavioral dan Kognitif Sosial


Apa yang Disebut Belajar dan yang Bukan
Pembelajaran (learning) diartikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh dari belajar. Misalnya saat kita berkedip ketika kita melihat cahaya yang teerlalu silau, kemampuan berkedip ini kita peroleh tanpa harus belajar. Berbeda halnya kita ingin tahu bagaimana cara mengoperasikan komputer. Kita harus belajar terlebih dahulu untuk bisa mahir menggunakan komputer. Cakupan belajar itu luas. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non akademik.

Pendekatan untuk Pembelajaran

1.      Behavioral
Behaviorisme merupakanpandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melaluui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung. Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subyek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Pembelajaran asosiatif (associative learning), yang terdiri dari pembelajran bahwa dua kejadian saling terkait.

2.      Kognitif
Ada empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran, antara lain :
-          Pendekatan kognitif sosial, menekankan bagaimana faktor perilaku,  lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinetraksi memengaruhi proses pembelajaran.
-          Pemrosesan informasi, menitikberatkan pada anak bagaimana memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
-          Konstruktivis kognitif, menekankan kontruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
-          Kontruktivis sosial, fokus pada kolaborasi dengan orang lain untuk mengahasilkan pengetahuan dan pemahaman.

Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran

1.      Pengkondisian Klasik
Pengkondisian klasik merupakan tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli.  Ada dua tipe stimuli dan dua tipe respons menurut Ivan Pavlov, yaitu :
ü  Unconditioned stimulus (US) merupakan sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajran terlebih dahulu.
ü  Unconditioned respons (UR) merupakan respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.
ü  Conditioned stimulus (CS) merupakan stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response  setelah disosiasikan dengan US.
ü  Conditioned response (CR) merupakan respon yang dipelajari, yaitu respons stimulus yang teerkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.
2.      Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan
Generalisasi dalam pengkondisian klasik merupakan tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respons yang sama.
Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespons stimuli lainnya.
Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik merupakan pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US).
3.      Desensitisasi Sistematis (systematic desensitization) merupakan sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relasksasi dengan visualisai yang menimbulkan kecemasan. Bayangkan ada murid di kelas yang sangat gugup ketika diminta untuk berbicara di depan kelas. Tujuan dari desensitisasi sistematis adalah membuat murid itu mengasosiasikan bicara di depan publik dengan relaksasi, bukan kecemasan.

Pengkondisian Operan

Pengkondisian operan (disebut juga sebagai pengkondisian instrumental) merupakan bentuk pembelajran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Hukum Efek (law effect) Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.

Pengkondisian Operan Skinner

Pengkondisian operan, dimana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner.
Penguatan dan hukuman. Penguatan (imbalan) (reinforcement) merupakan konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan teerjadi. Penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukun (rewarding). Penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebaliknya, hukuman (punishment) merupakan kensekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Generalisasi, diskriminasi, dan pelenyapan. Generalisasi merupakan tendensi dari suatu stimulus yang sama dengan conditioned stimulus untuk menhasilkan responsyang sama terhadap conditioned response. Generalisasi dalam pengkondisian operan berarti memberikan respons yang sama terhadap stimuli yang sama.Diskriminasi dalam pengkondisian operan berarti pembedaan di anatra stimuli dan kejadian lingkungan. Pelenyapan (extinction) terjadi ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responsnya menurun.