Minggu, 23 Maret 2014

Pengalaman pribadi dengan teori Vygotsky

Kelompok 2


- Jane Kosasih               (13-077) Bronfenbrenner
- Dian Andini                  (13-069) Vygotsky
- Dinda Sundari              (13-089) Bronfenbrenner
- Utary                            (13-095) Vygotsky
- Baby Natalia Gultom   (13-127) Vygotsky

Pengalaman Pribadi yang Berkaitan dengan Teori Vygotsky

Teori Vygotsky
Saya akan membahas tentang teori Vygotsky. Vygotsky memiliki pandangan bahwa kemampuan anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental, kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental, dan kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Vygotsky mengutarakan ide melalui konsepnya tentang zone of proximal development (ZPD). Istilah zone of proximal development ini digunakan untuk serangkaian tugas yang sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang lain atau anak yang lebih mampu. 
Scaffolding erat kaitannya dengan gagasan zone of proximnal development. Scaffolding merupakan sebuah teknik yang berfungsi untuk mengubah level dukungan. Dialog merupakan alat yang penting dalam teknik scaffolding di dalam ZPD. Semakin sering pengajar atau penolong bertemu dan melakukan dialog dengan anak bimbingannya, maka anak tersebut akan semakin memiliki konsep yang lebih sistematis, logis, dan rasional.
Bahasa dan Pemikiran
Vygotsky percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan dan memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri ini dinamakan "pembicaraan batin" (inner speech) atau "pembicaraan privat" (privat speech). Vygotsky percaya bahwa bahasa dan pikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri kemudian bergabung. Setelah beberapa waktu, kegiatan bicara dengan sendiri ini mulai jarang dan mereka mulai bisa melakukannya tanpa diucapkan. Ketika ini terjadi, anak telah menginternalisasikan pembicaraan egosentris mereka ke bentuk inner speech, dan pembicaraan batin ini lalu menjadi pemikiran mereka. Vygotsky percaya bahwa anak yang banyak menggunakan privat speech akan lebih kompeten secara sosial ketimbang mereka yang tidak. Dia berpendapat bahwa privat speech merepresentasikan transisi awal untuk menjadi komunikatif secara sosial.
Pengalaman Pribadi
Berdasarkan teori Vygotsky, saya memiliki pengalaman yang dapat dikaitkan dengan teori tersebut. Saya sangat suka sekali membaca novel, bermain sepeda dan menyusun puzzle. Saya ingat sekali ketika saya sudah mau duduk di kelas satu SD. Pada saat TK, kami sudah diajarkan cara menulis halus kasar dan cara mengenal huruf A sampai Z. Namun, saya belum bisa mengingat dan mengenal huruf. Hal ini terjadi karena kemampuan menangkap pelajaran yang sangat kurang. Sebelum tahun ajaran baru dimulai, mama saya membelikan saya buku-buku tentang cara mambaca. Di dalam proses belajar membaca, saya seringkali menangis akibat cara pengajaran mama saya yang terlalu keras. Setiap belajar membaca, di samping mama pasti selalu ada rotan. Jika rotan tidak ada maka lidi dan sisir pun jadi. Setiap kali saya salah mengeja, saya mendapatkan hukuman dari mama berupa pukulan atau cubitan. Namun, saya tidak pernah marah dengan cara pengajaran mama saya. Setiap saya belajar didampingi mama, saya selalu dapat nilai di atas 8. Karena pengajaran mama, ketika tahun ajaran baru  dimulai, saya tidak kesulitan menulis dan membaca (walaupun masih mengeja di dalam hati). Begitu juga dengan perkalian, saya bisa menghafal perkalian 1 sampai 10. Dalam proses menghafal saya jarang mendapatkan pukulan dari mama.
Saya belajar bermain sepeda tanpa roda bantu ketika saya duduk di kelas satu semester dua. Mama yang memaksa saya untuk belajar naik sepeda tanpa roda bantu. Saya membawa sepeda saya ke lapangan tennis yang ada di dekat rumah saya. Berkali-kali saya terjatuh dan kaki saya sudah mulai perih karena lecet. Saat itu saya bermain dengan teman sepermainan saya Andi. Andi juga membawa sepeda tanpa roda bantu. Dia mengatakan saya harus bisa menjaga keseimbangan badan. Jadi saya berusaha untuk menjaga keseimbangan badan saya, tetapi saya tetap masih sering terjatuh. Kemudian Andi memegang tempat duduk di belakang sepeda saya. Dia menuntun saya perlahan-lahan, lalu kemudian melepaskannya dan saya pun membawa sepeda tersebut sendirian tanpa bantuan orang lain.
Kesukaan saya pada permainan puzzle sejak saya melihat teman saya Rudi membawa permainan puzzle barunya ke rumah saya. Dalam belajar menyusun puzzle ini, saya menyuruh Rudi untuk menyusun puzzle tersebut lebih dulu. Setelah selesai, saya tidak membongkar puzzle tersebut, tetapi saya justru membaliknya. Jadi saya mudah menyusunnya. Setelah tahu letak dan bentuk gambarnya, saya mengacak kepingan puzzle tersebut dan menyusunnya sendiri dan saya berhasil. Dari dulu sampai sekarang saya masih bermain puzzzle. Saya juga suka permainan mencari harta karun dan telur paskah. Tetapi sayangnya, permainan tersebut sudah jarang dimainkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar